Dalil-Dalil Bid'ah Hasanah
1. Tarawih
1 Imam Selama 1 Bulan
Sayidina Umar memerintahkan umat
Islam salat Tarawih di bulan Ramadlan dengan 1 imam, yaitu Ubay bin Ka'ab.
Kemudian beliau berkata:
قَالَ عُمَرُ
نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ (صحيح البخاري رقم 1871)
"Inilah sebaik-baiknya
bid'ah" (Sahih al-Bukhari No 1871)
2. Adzan Jumat 2 Kali
عَنْ السَّائِبِ
بْنِ يَزِيدَ قَالَ كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ
اْلإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا فَلَمَّا كَانَ
عُثْمَانُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ
عَلَى الزَّوْرَاءِ قَالَ أَبُو عَبْد اللهِ الزَّوْرَاءُ مَوْضِعٌ بِالسُّوقِ
بِالْمَدِينَةِ (صحيح البخاري رقم 861)
"Saib bin Yazid berkata: Adzan Jumat awalnya ketika
Imam duduk di atas mimbar, di masa Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar dan Umar. Di
masa Utsman ketika umat Islam semakin banyak, maka Utsman menambahkan
adzan ketiga (2 adzan dan 1 iqamat) di Zaura', yaitu sebuah tempat di
pasar Madinah" (Sahih al-Bukhari No 861)
3. Salat Sunah Setelah Wudlu'
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلاَلٍ عِنْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي
بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ
بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي
لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ
بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ (رواه البخاري
رقم 1081)
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa Rasulullah Saw bertanya pada Bilal setelah salat Subuh: Wahai Bilal,
ceritakan pada saya amal apa yang paling kamu harapkan yang telah kau kerjakan
dalam Islam. Sebab saya mendengar langkah sandalmu di hadapan saya di surga.
Bilal menjawa: Tidak ada amal yang paling saya harapkan selain saya tidak
pernah bersuci baik siang atau malam kecuali saya salat (sunah) sesuai
yang dicatat pada saya" (HR
al-Bukhari No 1081)
4. Mengulang-ulang al-Ikhlash dalam
Salat
ada seorang sahabat bernama Kaltsul
bin Hadm yang setiap salat membaca surat al-Ikhlas. Rasulullah Saw bertanya:
وَمَا
يَحْمِلُكَ عَلَى لُزُومِ هَذِهِ السُّورَةِ فِى كُلِّ رَكْعَةٍ فَقَالَ إِنِّى
أُحِبُّهَا فَقَالَ حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ (رواه البخارى 774)
"Apa yang membuatmu
terus-menerus membaca surat al-Ikhlas ini setiap rakaat?". Kaltsul bin
Hadm menjawab: "Saya senang dengan al-Ikhlas".
Rasulullah bersabda: "Kesenanganmu pada surat itu memasukkanmu ke dalam
surga" (HR al-Bukhari No 774)
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
قَالَ : وَفِيهِ
دَلِيلٌ عَلَى جَوَازِ تَخْصِيصِ بَعْضِ الْقُرْآنِ بِمَيْلِ النَّفْسِ إِلَيْهِ
وَالِاسْتِكْثَارِ مِنْهُ وَلَا يُعَدُّ ذَلِكَ هِجْرَانًا لِغَيْرِهِ (فتح الباري
لابن حجر ج 3 / ص 150)
"Hadis ini adalah dalil
diperbolehkannya menentukan membaca sebagian al-Quran berdasarkan kemauannya
dan memperbanyak bacaan tersebut. Dan hal ini bukanlah pembiaran pada surat
yang lain" (Fathul Bari III/105)
5. Doa Iftitah
عَنْ ابْنِ
عُمَرَ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ
للهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً فَقَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ
رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ أَنَا يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ
لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ . قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَلِكَ (رواه
مسلم 943)
"Diriwayatkan dari Abdullah bin
Umar: Ketika kami salat bersama Rasulullah Saw, tiba-tiba ada seseorang
yang membaca: Allahu Akbar kabira….. (Selesai salat) Rasulullah
bertanya: Siapa yang membaca tadi? Kemudian ia berkata: Saya Wahai Rasulullah.
Lalu Nabi bersabda: Saya kagum, dengan bacaan itu pintu-pintu langit dibuka.
Ibnu Umar berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya sejak mendengar Rasulullah
bersabda seperti itu" (HR Muslim no 943)
6. Doa I'tidal
عَنْ رِفَاعَةَ
بْنِ رَافِعٍ الزُّرَقِيِّ قَالَ كُنَّا يَوْمًا نُصَلِّي وَرَاءَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرَّكْعَةِ قَالَ
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ قَالَ رَجُلٌ وَرَاءَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ مَنْ الْمُتَكَلِّمُ
قَالَ أَنَا قَالَ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا
أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ (رواه البخاري رقم 757)
"Diriwayatkan dari Rifa'ah:
Kami salat di belakang Rasulullah Saw, ketika beliau bangun dari Ruku' membaca
"Sami'a Allahu li man hamidahu", ada seorang laki-laki membaca:
"Rabbana wa laka al-hamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi".
Setelah selesai, Rasulullah bertanya: Siapa yang membaca tadi? Ia menjawab:
Saya. Rasulullah Saw bersabda: Saya melihat 30 malaikat lebih yang yang
bergegas mencatat lebih dahulu" (HR al-Bukhari No 757)
al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
وَاسْتُدِلَّ
بِهِ عَلَى جَوَازِ إِحْدَاثِ ذِكْرٍ فِي الصَّلاَةِ غَيْرِ مَاْثُوْرٍ إِذَا
كَانَ غَيْرَ مُخَالِفٍ لِلْمَأْثُوْرِ (فتح الباري لابن حجر 2/ 287)
"Hadis ini adalah dalil
diperbolehkannya menambah dzikir di dalam salat yang tidak datang dari
Rasulullah, selama dzikir tersebut tidak bertentangan dengan dzikir yang telah
disampaikan oleh Rasulullah" (Fath al-Baarii 2/287)
7. Salat Sunah Sebelum Perang
كَانَ أَوَّلَ
مَنْ سَنَّ الرَّكْعَتَيْنِ عِنْدَ الْقَتْلِ هُوَ اي خبيب (صحيح البخاري 12/ 489)
"Orang
yang pertama kali melakukan salat sebelum perang adalah Khubaib" (al-Bukhari 12/489)
8. Salat Sunah Sebelum Hari Raya
عَنْ أَيُّوْبَ
قَالَ رَأَيْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ وَالْحَسَنَ يُصَلِّيَانِ يَوْمَ الْعِيْدِ
قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ اْلإِمَامُ . قَالَ وَرَأَيْتُ مُحَمَّدَ بْنَ سِيْرِيْنَ
جَاءَ فَجَلَسَ وَلَمْ يُصَلِّ (رواه أبو يعلى وروى الطبراني في الكبير : أَنَّ
أَنَسًا كَانَ يُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ورجال أبي يعلى رجال الصحيح اهـ مجمع
الزوائد 2/ 436)
Diriwayatkan dari Ayyub, ia berkata:
Saya melihat Anas bin Malik dan Hasan keduanya salat sunah di hari raya
sebelum keluarnya imam. Ia berkata: Saya melihat Muhammad bin Sirin
datang kemudian duduk, tidak salat sunah (Riwayat Abu Ya'la dengan sanad yang
sahih. Dan dalam Riwayat Thabrani: Anas salat 4 rakaat)
وَعَنِ ابْنِ
سِيْرِيْنَ وَقَتَادَةَ أَنَّ ابْنَ مَسْعُوْدٍ كَانَ يُصَلِّي بَعْدَهَا أَرْبَعَ
رَكَعَاتٍ أَوْ ثَمَانٍ وَكَانَ لاَ يُصَلِّي قَبْلَهَا (رواه الطبراني في الكبير
بأسانيد صحيح إلا أنها مرسلة اهـ مجمع الزوائد 2/ 437)
Muhammad bin Sirin dan Qatadah
berkata: Abdullah bin Mas'ud salat setelah hari raya 4 rakaat atau 8.
Ia tidak salat sunah sebelum salat hari raya (Riwayat Thabrani dengan sanad yang
sahih)
عَنِ الْوَلِيْدِ بْنِ سَرِيْعٍ مَوْلَى
عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلِيِّ
بْنِ أَبِي طَالِبٍ فِي يَوْمِ عِيْدٍ فَسَأَلَهُ قَوْمٌ مِنْ أَصْحَابِهِ
فَقَالُوْا يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ مَا تَقُوْلُ فِي الصَّلاةِ يَوْمَ
الْعِيْدِ قَبْلَ الإِمَامِ وَبَعْدَهُ ؟ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِمْ شَيْئًا ثُمَّ
جَاءَ قَوْمٌ فَسَأَلُوْهُ كَمَا سَأَلُوْهُ الَّذِيْنَ كَانُوْا قَبْلَهُمْ فَمَا
رَدَّ عَلَيْهِمْ فَلَمَّا انْتَبَهْنَا إِلَى الصَّلاةِ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فَكَبَّرَ
سَبْعًا وَخَمْسًا ثُمَّ خَطَبَ النَّاسَ ثُمَّ نَزَلَ فَرَكِبَ فَقَالُوْا يَا
أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ هَؤُلاءِ قَوْمٌ يُصَلُّوْنَ قَالَ فَمَا عَسَيْتُ أَنْ
أَمْنَعَ سَأَلْتُمُوْنِي عَنِ السُّنَّةِ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلا بَعْدَهَا فَمَنْ شَاءَ فَعَلَ
وَمَنْ شَاءَ تَرَكَ أَتَرَوْنَ أَمْنَعُ قَوْمًا يُصَلُّوْنَ فَأَكُوْنَ
بِمَنْزِلَةِ مَنْ مَنَعَ عَبْدًا إِنْ صَلَّى . قَالَ الْبَزَّارُ لا نَعْلَمُهُ
عَنْ عَلِيٍّ مُتَّصِلاً إِلاَّ بِهَذَا الإِسْنَادِ (كشف الأستار عن زوائد البزار على الكتب الستة للحافظ نور
الدين علي بن أبي بكر الهيثمي 1 / 251)
"Dari Walid bin Sari' budak yang dimerdekakan oleh 'Amr bin Huraits.
Ia berkata: Kami keluar bersama Amiril Mu'minin Ali bin Abi Thalib pada hari
raya. Kemudian sekelompok sahabat bertanya kepada beliau: Wahai Amiril
Mu'minin, apa pendapatmu tentang salat pada hari raya setelah imam naik ke
mimbar atau sebelumnya? Beliau tidak menjawab sedikitpun. Kemudian sekelompok
yang lain datang dan bertanya tentang hal tersebut. Beliau juga tidak
menjawabnya. Kemudian kami berdiri untuk salat, beliau menjadi imam, lalu
bertakbir 7 kali dan 5 kali dan dilanjutkan dengan khutbah. Setelah selesai
beliau turun dan menaiki kendaraannya, sekelompok kaum bertanya: Wahai Amiril
Mu'minin, mereka ini sekelompok kaum yang salat (qabliyah atau ba'diyah). Ali
menjawab: Saya bukannya menolak. Kalian bertanya tentang sunah. Sesungguhnya
Nabi Saw tidak melakukan salat sebelum dan sesudah hari raya. Siapa yang mau
silahkan kerjakan. Siapa yang tidak mau silahkan tinggalkan. Tahukah
kalian jika aku melarang orang salat, maka saya digolongkan sebagai 'orang yang
melarang salat terhadap orang lain'. Al-Bazzar berkata: Kami tidak mengetahui
sanad ini tersambung dengan Ali kecuali melalui jalur ini" (al-Hafidz
al-Haitsami, Kasyfu al-Astar bi Zawaid al-Bazzar I/251)
9. Makmum Yang Terlambat
حَدَّثَنَا
أَصْحَابُنَا كَانَ الرَّجُلُ إِذَا جَاءَ يَسْأَلُ فَيُخْبَرُ بِمَا سَبَقَ مِنْ
صَلاَتِهِ حَتَّى جَاءَ مُعَاذٌ فَقَالَ لاَ أرَاهُ عَلَى حَالٍ إِلاَّ كُنْتُ
عَلَيْهَا فَقَالَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ إِنَّ مُعَاذًا قَدْ
سَنَّ لَكُمْ (رواه أحمد والطّبرانيّ من طريق ابن أبي ليلى عن معاذ نحوه وأخرجه
عبد الرّزّاق من مرسل عبد الرّحمن ورجاله ثقات اهـ الدراية في تخريج أحاديث
الهداية للحافظ ابن حجر 1/ 234)
"Para sahabat bercerita bahwa
jika seseorang datang (terlambat dalam rakaat salat) maka ia bertanya (kepada
jamaah lain) kemudian ia diberi tahu tentang jumlah rakaat yang terlewati
baginya (maka ia segera menyusul). Sehingga Mu'adz datang, ia berkata: Saya
tidak seperti itu sama sekali, selain saya menyesuaikan dengan salat yang
posisi saya terlambat (setelah imam selesai, maka makmum menambah rakaat).
Kemudian Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Muadz telah mengajarkan salat
bagi kalian" (HR Ahmad dan Thabrani, para perawinya terpercaya)
10. Ibadah Malam Bulan Ramadlan
قَالَ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ فَرَّضَ عَلَيْكُمْ رَمَضَانَ وَلَمْ
يُفَرِّضْ عَلَيْكُمْ قِيَامَهُ وَإِنَّمَا قِيَامُهُ شَىْءٌ أَحْدَثْتُمُوْهُ
فَدُوْمُوْا عَلَيْهِ فَإِنَّ نَاسًا مِنْ بَنِى إِسْرَائِيْلَ ابْتَدَعُوْا
بِدْعَةً فَعَابَهُمْ بِتَرْكِهَا فَقَالَ { وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا
كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ } اْلآيَةَ (رواه الطبرانى فى الأوسط عن أبى أمامة)
"Sesungguhnya Allah mewajibkan
bagi kalian puasa Ramadlan, dan tidak mewajibkan bagi kalian ibadah malam
Ramadlan. Ibadah malam tersebut adalah sesuatu yang kamu perbarui, maka
teruskanlah. Sebab manusia dari Bani Israil telah membuat bid'ah
kemudian Allah mencela mereka karena mereka meninggalkannya: "…. Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka
tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan
Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya…
(al-Hadid: 27)" (HR Thabrani dari Abu Umamah)
11. Doa
al-Fatihah
عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَوْا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ
فَلَمْ يَقْرُوهُمْ فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ إِذْ لُدِغَ سَيِّدُ أُولَئِكَ
فَقَالُوا هَلْ مَعَكُمْ مِنْ دَوَاءٍ أَوْ رَاقٍ فَقَالُوا إِنَّكُمْ لَمْ
تَقْرُونَا وَلاَ نَفْعَلُ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا فَجَعَلُوا لَهُمْ
قَطِيعًا مِنْ الشَّاءِ فَجَعَلَ يَقْرَأُ بِأُمِّ الْقُرْآنِ وَيَجْمَعُ بُزَاقَهُ
وَيَتْفِلُ فَبَرَأَ فَأَتَوْا بِالشَّاءِ فَقَالُوا لاَ نَأْخُذُهُ حَتَّى
نَسْأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلُوهُ فَضَحِكَ
وَقَالَ وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ خُذُوهَا وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ
(رواه البخاري رقم 5295)
Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri
bahwa sekelompok sahabat Nabi Saw mendatangi kabilah Arab namun mereka tidak
menghormatinya. Saat itu tiba-tiba pimpinan mereka tersengat binatang. Mereka
bertanya: Apakah diantara kalian ada bisa mengobati / ruqyah? Para sahabat
menjawab: Kalian tidak memberi jamuan pada kami dan kami tidak mau mengobatinya
kecuali kalian memberi upah kambing pada kami. Kemudian Abu Said membaca
al-Fatihah dan mengumpulkan ludahnya dan meniupkannya. Kemudian pimpinannya
sembuh. Mereka memperi beberapa kambing.
Namun para sahabat berkata: Kami tidak akan mengambilnya hingga kami bertanya
kepada Nabi Saw. Kemudian Nabi tersenyum, dan beliau berkata: Darimana
kamu tahu bahwasannya al-Fatihah adalah Ruqyah? Ambillah kambing itu
dan beri;lah saya bagian" (HR al-Bukhari N0 5295)
12. Mengeraskan Bacaan Salam
عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ أَوَّلُ مَنْ جَهَّرَ بِالتَّسْلِيْمِ
عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ
(كتاب الأوائل أبو عروبة الحسين بن أبي معشر محمد بن مودود
الحراني ص: 144)
"al-Mujahid berkata: Orang yang pertama kali
mengeraskan bacaan salam (dalam salat) adalah Umar. Beliau salam ke
kanan dank e kiri" (al-Awail karya Syaikh Abu Arubah Hal. 144)
13. Jumatan Pertama Kali
عَنِ ابْنِ
شِهَابٍ قَالَ بَلَغَنَا أَنَّ أَوَّلَ مَا جُمِعَتِ الْجُمْعَةُ بِالْمَدِيْنَةِ
قَبْلَ أَنْ يَقْدِمَهَا رَسُوْلُ اللهِ فَجَمَعَ بِالْمُسْلِمِيْنَ مُصْعَبُ بْنُ
عُمَيْرِ بْنِ عَبْدِ مَنَافٍ (كتاب
الأوائل ص: 79)
"Ibnu Syihab berkata: Telah sampai kepada kami bahwa salat
Jumat pertama kali dilakukan di Madinah sebelum datangnya Rasulullah,
dan yang mengumpulkan umat Islam adalah Mush'ab bin Umair" (Kitab al-Awail
Hal. 79)
14. Adzan Saat Hari Raya
عَنْ سَعِيْدِ
بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ أَوَّلُ مَنْ أَذَّنَ وَأَقَامَ فِي يَوْمِ الْفِطْرِ
وَالنَّحْرِ مُعَاوِيَّةُ وَلَمْ يَكُنْ قَبْلَ ذَلِكَ أَذَانٌ وَلاَ إِقَامَةٌ
(كتاب الأوائل ص: 158)
"Said bin Musayyab berkata: Orang yang
pertama kali adzan dan iqamah di hari raya fitri dan adlha adalah Muawiyah.
Sebelumnya tidak ada adzan dan iqamah" (Kitab al-Awail Hal. 168
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.