Minggu, 26 Januari 2014

Bertemu Rasulullah Secara Nyata

Sering kita dengar di masyarakat bahwa ada sebagian kyai yang mengaku melihat Rasulullah Saw ketika membaca salawat bersama. Bernarkah hal tersebut ataukah termasuk takhayyul dan khurafat? Abu Rifa’I, Sby.
Jawaban:
Kita tidak boleh menuduh takhayyul atau khurafat terhadap kisah yang seolah tidak masuk akal, sebelum meninjaunya dengan dalil-dalil yang sahih. Dalam riwayat sahih, Rasulullah Saw bersabda:
" من رآنى فى المنام فسيرانى ، فى اليقظة ، ولا يتمثل الشيطان بى " .
artinya: “Barangsiapa yang melihatku di dalam mimpi, maka akan melihatku dalam keadaan terjaga (nyata). Dan setan tidak bisa menyerupai dengan saya” (HR al-Bukhari No 6995 dan Muslim No 6057)
Dari hadis ini para ulama memang berbeda pendapat dalam menafsiri kandungan  maksudnya. Namun al-Hafidz as-Suyuthi berkata: “Ada sekelompok ulama yang menafsiri bisa melihat Rasulullah Saw di dunia secara nyata dan bisa berdialog dengan beliau, hal ini adalah sebagai karamah bagi para wali Allah” (ad-Diibaj Syarah Muslim 5/285)
Ada banyak sosok sahabat yang pernah berjumpa dengan Rasulullah Saw setelah wafat, misalnya saat Khalifah Utsman didatangi oleh Rasulullah Saw menjelang wafatnya ketika dikepung oleh pemberontak (diriwayatkan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam al-Bidaayah wa an-Nihaayah 7/204), begitu pula sahabat Dhamrah bin Tsa’labah (Diriwayatkan oleh Thabrani. Al-Hafidz al-Haitsami berkata ‘sanadnya hasan’) dan sahabat-sahabat yang lain. Bahkan secara khusus as-Suyuthi mengarang sebuah kitab ‘Tanwir al-Halak’ (dimuat dalam kitab beliau al-Haawii lil Fataawii) yang menjelaskan dimungkinkannya berjumpa dengan Nabi Saw yang disertai dalil dan kisah yang sahih. Pendapat ini juga didukung oleh fatwa ulama al-Azhar, Syaikh Athiyyah Shaqar.
Berdoa Dengan Syair Arab
Benarkah berdoa dengan menggunakan syair dilarang? Misalnya syair yang telah masyhur: “ilaahii lastu lil firdausi ahlaa”, dan sebagainya? A Rahman, Sby
Jawaban:
Berdoa dengan menggunakan syair telah diamalkan oleh Rasulullah Saw. Misalnya doa Nabi yang bersajak: “ilaahii laula anta ma ihtadainaa * wa laa tashaddaqnaa wa laa shallainaa… Fa anzilan sakiinatan alainaa * wa tsabbit al-aqdaama in laaqainaa….” (HR al-Bukhari No 2837 dan Muslim No 4771) Bahkan dalam riwayat Muslim ada tambahan “Rasulullah mengeraskan suaranya (dengan doa syair tersebut)”
Dalam hadis lain, saat perang Khandaq para sahabat Muhajirin dan Anshar menggali tanah di sekitar Madinah, mereka bersyair: “Kami adalah orang yang telah berbai’at kepada Muhammad dalam Islam, selama kami yakin, selamanya”. Kemudian Rasulullah menjawab dengan doa syair yang bersajak: “Allahumma laa khaira illaa khairul akhirah * fa ighfir lil anshari wal muhajirah”, artinya: “Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan akhirat * Maka ampunilah kaum Anshar dan orang yang hijrah” (HR al-Bukhari No 2835 dan Muslim No 4777)
Hadis-hadis diatas menunjukkan tidak dilarangnya berdoa dengan syair dan sajak. Larangan dalam berdoa meliputi: “Doa yang tergesa-gesa, doa yang isinya dosa dan doa untuk memutus kekerabatan” (HR Muslim No 2735)
Oleh karenanya, para sahabat dan ulama banyak mengarang syair dan sajak yang di dalamnya dimuat doa-doa, pujian, salawat, tawassul dan sebagainya.


http://hujjahnu.blogspot.com/2013/01/bertemu-rasulullah-secara-nyata.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.