Kamis, 21 September 2017

MENULIS BASMALAH DI HARI PERTAMA MUHARROM

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

MENULIS 113 BISMILLAH AWAL MUHARRAM

حمدا له أظهر في الوجود *** نور حقيقة النبي المحمود
وصل يا رب على محمد *** الفاتح الخاتم طه الأمجد
وناصر الحق وهادينا الى *** صراطك القويم نهج الفضلا
وآله بحق قدره الفخيم *** وجاه مقدار مقامه العظيم.
أما بعد:

Imam Muhammad Haqqiy an-Naziliy rahimahullah mencatatkan dalam kitabnya Khazinatul Asrar Jalilatul Adzkar halaman 92:
Siapa saja yang menulis:
بسم الله الرحمن الرحيم
Sebanyak 113 kali pada tanggal 1 Muharram di kertas, maka dirinya dan keluarganya akan diberikan perlindungan dari segala musibah dan keburukan selama seumur hidup.

ADAPUN CARANYA :

Hendaknya menulis kalimat Bismillahir Rahmanir Rahim (tulisan arab) pada tanggal 1 Muharram dilakukan dalam keadaan berwudhu, menghadap qiblat, menutup aurat dan tidak berbicara serta niat lidaf'ul bala (tolak bala), Tahshin (benteng) dan jalbul manafi' (memperoleh manfaat) semata-mata bertabarruk dengan ayat al-Qur'an Bismillahir Rahmanir Rahim dan salah satu bulan yang dimuliakan yaitu bulan Muharram.

Syekh Muhyiddin Zadah dalam kitab Hasyiyah Tafsir al-Baidhawiy juz 1 halaman: 45 mengutip riwayat dari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz Rahimahullah yang menyatakan:

طولوا الباء وأظهروا السين ودوروا الميم تعظيما لكتاب الله

Panjangkan huruf Ba dan (perjelas) huruf Sin dengan giginya dan bulatkan huruf Mim dengan lubang ketika menulis بسم الله sebagai bentuk penghormatan kepada al-Qur'an.

Sudah bisa dimulai waktu penulisannya sejak adzan maghrib ketika sudah muncul hilal (bulan muda) hari pertama pergantian tahun tanggal 1 bulan Muharram dan berakhir ketika adzan besok malamnya.

Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada pengarang kitab Khazinatul Asrar Jalilatul Adzkar, Imam Muhammad Haqqiy an-Naziliy Radhiyallahu Anhu:

الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن كياهي الحاج عبد الرزاق امام خليل الجاوي اللاسمي عن العلامه حسن بن محمد المشاط المكي عن العلامه الشيخ خليفة بن احمد بن موسى بن نبهان يقال خليفة النبهاني (1270-1355 هجريه) عن صاحب كتاب خزينه الاسرار الامام الشيخ محمد حقي النازلي رضي الله عنهم اجمعين

Pengarang kitab Khazinatul Asrar adalah Imam Muhammad Haqqiy Bin Ali Bin Ibrahim an-Naziliy seorang ahli Shufi dari Kota Aidien. Wafat di kota Makkah pada tahun 1301 Hijriyah bertepatan dengan tahun 1884 Masehi.

Seorang ulama nusantara yang menjadi guru besar di Masjid Al-Haram yakni Syekh Abdul Hamid Kudus dalam kitabnya Kanzun Najah Was surur halaman: 16 juga mengutip cara penulisan Bismillahir Rahmanir Rahim sebagaimana di sebutkan di atas. Beliau meriwayatkan dari Syekh Ma-ul Ainain Bin Muhammad Fadhil al-Qalqamiy yang merupakan salah satu ulama besar dari Maoratania, Afrika. Dilahirkan pada tahun 1246 Hijriyah dan wafat di kota Tiznit, Maroko pada tahun 1328 Hijriyah bertepatan dengan 25 Oktober 1910 Masehi.

Berdasarkan data yang al-Faqir lacak kesimpulannya bahwa kutipan faidah kitab Khazinatul Asrar lebih dahulu dari apa yang disebutkan oleh Syekh Maa-ul Ainain.
Setelah menulis 113 bismillahir rahmanir rahim dianjurkan untuk membaca doa sesuai hajat yang diinginkan kemudian tulisan 113 bismillah tadi disimpan di dalam lemari atau tempat yang layak .

Kenapa harus sebanyak 113 ada rahasia apa pada bilangan 113?
Jawabannya:
Sebab jumlah surat dalam al-Qur'an ada 114 surat dan surat-surat tersebut semuanya diawali dengan bismillahir rahmanir rahim kecuali satu surat saja yakni surat at-Taubah. Jadi yang diawali dengan bismillah hanya 113 surat.
Imam Muhammad as-Syarbiniy al-Khathib dalam kitab tafsirnya as-Sirajul Munir membuat 113 macam redaksi tafsir bismillahir rahmanir rahim.

Doa setelah menulis 113 Basmalah antara lain:
اللهمّ انّى اسألك بفضل بسم الله الرحمن الرحيم وبحقّ بسم الله الرحمن الرحيم وبهيبة بسم الله الرحمن الرحيم وبمنزلة بسم الله الرحمن الرحيم ارفع قدري ويسّرلى امري واشرح صدري يامن هو كهيــعص حمعسـق المّ المّص المر حـم الله لااله الاهو الحيّ القيّوم بسرّ الهيبة والقدرة وبسرّ الجبروت والعظمة اجعلنى من عبادك المتّقين واهل طاعتك المحـبّين وارزقنى علمانافعا ياربّ العالمين وصلّى الله على سيّدنامحمّد وعلى آله وصحبه وسلّم
Hal ini dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid binafaisil fawaid karya Abu Mun'yah as-Syakunjiy.
وااله أعلم بالصواب
Semoga bermanfaat.

Rabu, 20 September 2017

CARA MENULIS TAMIMAH / AZIMAH


*"فائدة في كتابة البسملة أول المحرم"*

Sebuah faidah tentang menulis:
بسم الله الرحمن الحيم
Di hari pertama bulan muharrom.

من المجربات الصحيحة_ كما في "نعت البدايات وتوصيف النهايات"  للسيد الشريف ماء العينين_ :

*أن من كتب البسملة في أول المحرم مائة وثلاث عشرة مرة*
Siapa orang yg menulis basmalah d hari pertama bulan muharrom sebanyak 113 x
*لم ينل حاملَها مكروهٌ ولا في أهل بيته مدة عمره*
Maka orang yg membawanya juga keluarganya tdk akan terkena sesuatu yg tdk ia senangi sepanjang hidupnya.

اه...

dalam kitab hasyiah syarwani ala attuhfah halaman 149 jilid 1:

ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﺍﻟﺠﻮﻫﺮﻱ ﻧﻘﻼ ﻋﻦ ﻣﺸﺎﻳﺨﻪ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﻓﻲ ﻛﺎﺗﺐ ﺍﻟﺘﻤﻴﻤﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻃﻬﺎﺭﺓ
ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﻃﺎﻫﺮ
ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻨﺪﻩ ﺗﺮﺩﺩ ﻓﻲﺻﺤﺘﻬﺎ
ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻜﺘﺎﺑﺘﻬﺎ ﺗﺠﺮﺑﺘﻬﺎ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺘﻠﻔﻆ ﺑﻤﺎ ﻳﻜﺘﺐ
ﻭﺃﻥ ﻳﺤﻔﻈﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻷﺑﺼﺎﺭ ﺑﻞ ﻭﻋﻦ ﺑﺼﺮﻩ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ﻭﺑﺼﺮ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻘﻞ
ﻭﺃﻥ ﻳﺤﻔﻈﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﻤﺲ
ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺎﺻﺪﺍ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﺘﻬﺎ
ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺸﻜﻠﻬﺎ
ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻄﻤﺲ ﺣﺮﻭﻓﻬﺎ
ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻨﻘﻄﻬﺎ
ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺘﺮﺑﻬﺎ
ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻤﺴﻬﺎ ﺑﺤﺪﻳﺪ
ﻭﺯﺍﺩ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺷﺮﻃﺎ ﻟﻠﺼﺤﺔ ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﺘﺒﻬﺎ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻌﺼﺮ ﻭﺷﺮﻃﺎ ﻟﻠﺠﻮﺩﺓ ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺻﺎﺋﻤﺎ.

imam al-jauhari mengutip riwayat dari guru2nya,beliau mengatakan: seseorang penulis azimat harus memenuhi beberapa syarat,diantaranya :

1..dalam keadaan suci
2..ditempat yang suci
3..jangan sampai meragukan keshohihannya/khasiatnya
4..jangan ada tujuan sekedar mencoba
5..jangan melafadzkan pada huruf2 yang tertulis (kata syekh ahyad bogor,yg jangan dilafazkan ini adalah bila yang ditulis itu huruf yg putus-putus atauangka-angka,bila yg di tulis itu ayat alquran atau basmalah,maka harus dilafazkan sambil tangan jalan menulisnya)
6..harus dijaga,jangan sampai terlihat orang lain,atau terlihat binatang tak berakal atau bahkan terlihat oleh penulis sendiri setelah azimat tersebut selesai ditulis,artinya selesai di tulis langsung bungkus kain,atau plastik,jgn dibuka-buka lg,
7..harus dijaga jangan sampai terkena sinar matahari ataupun sinar lampu secara langsung,
8..ketika menulis diniati hanya mencari ridho ALLAH semata
9..jangan diharokati
10..huruf yang berlobang jangan sampai tidak dilobangi
11..jangan diberi titik pada huruf2nya
12..jangan sampai terkena debu
13..jangan sampai tersentuh barang2 dari besi ,jd menulisnya kalau bisa pakai spidol.dan sebagian ulama’ menambahkan satu syarat lagi untuk keshohihan/keampuhan azimat yaitu jangan ditulis setelah ashar (atau diwaktu waktu yang haram mengerjakan sholat sunat) dan ada satu syarat lagi untuk menambah daya magicnya,yaitu penulis harus dalam keadaan puasa..

Selasa, 19 September 2017

*KAJIAN TENTANG 10 MUHARRAM SEBAGAI HARI RAYA ANAK YATIM*

Bulan Muharram termasuk bulan yang istimewa. Banyak dalil yang menunjukkan bahwa Allah dan rasul-Nya memuliakan bulan Muharram, di antaranya adalah:

Kata Muharram artinya ‘dilarang’. Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian ketika Islam datang kemuliaan bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.

Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga bulan ini disebut bulan Allah (syahrullah). Beribadah pada bulan haram seperti berhijrah ke jalan Allah, berpuasa sunnah dan menyantuni Anak-anak yatim pahalanya dilipatgandakan dan demikian halnya bermaksiat di bulan ini dosanya dilipatgandakan pula.

Allah berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..” (QS. At-Taubah: 36)

*Keterangan:*
a. Yang dimaksud empat bulan haram adalah bulan Dzul Qa’dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab.
b. Disebut bulan haram, karena bulan ini dimuliakan masyarakat Arab, sejak zaman jahiliyah sampai zaman Islam. Pada bulan-bulan haram tidak boleh ada peperangan.
c. Az-Zuhri mengatakan,

كان المسلمون يعظمون الأشهر الحرم

“Dulu para sahabat menghormati syahrul hurum” (HR. Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf, no.17301).

Dari Abu Bakrah radhiallahu‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani dan Sya’ban.” 
(HR. Al Bukhari dan Muslim)

*Para ulama menyatakan bahwa bulan Muharram adalah adalah bulan yang paling mulia setelah Ramadhan*

Hasan Al-Bashri mengatakan,

إن الله افتتح السنة بشهر حرام وختمها بشهر حرام فليس شهر في السنة بعد شهر رمضان أعظم عند الله من المحرم وكان يسمى شهر الله الأصم من شدة تحريمه

Allah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan menjadikan akhir tahun dengan bulan haram (Dzulhijjah). Tidak ada bulan dalam setahun, setelah bulan Ramadhan, yang lebih mulia di sisi Allah dari pada bulan Muharram. Dulu bulan ini dinamakan Syahrullah Al-Asham (bulan Allah yang sunyi), karena sangat mulianya bulan ini. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 34)

Di bulan muharram ini juga disebut sebagai lebaran anak yatim yang dijadikan moment di hari Asyura untuk berbagi dengan anak yatim. Kita pun sudah tahu keutamaan menyantuni anak yatim dan itu berlangsung setiap waktu, bukan dikhususkan moment dalam setahun sekali. Adapun hadits yang membicarakan lebaran anak yatim adalah hadits yang bermasalah.

*Keutamaan Menyantuni Anak Yatim*

Dari Abu Hurairah, berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

السَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمَسَاكِيْنِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَكَالَّذِي يَصُوْمُ النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ

“Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 131, Muslim: 53-Kitab Az Zuhud, hal. 41]

Dari Ummu Said  binti  Murrah Al Fihri, dari ayahnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

أَنَا وَكاَفِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ، أَوْ كَهَذِهِ مِنْ هَذِهِ -شَكَّ سُفْيَانُ فِي الْوُسْطَى أَوِ الَّتِيْ يَلِيْ الإِبْهَامُ

“Kedudukanku dan orang yang mengasuh anak yatim di surga seperti kedua jari ini atau bagaikan ini dan ini.” [Salah seorang perawi Sufyan ragu apakah nabi merapatkan jari tengah dengan jari telunjuk atau jari telunjuk dengan ibu jari]. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 133)

Dari Sahl ibnu Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

أَنَا وَكاَفِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا” وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

“Kedudukanku dan orang yang menanggung anak yatim di surga bagaikan ini.”   [Beliau merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya]. (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 135, shahih) Lihat As Silsilah Ash Shahihah (800): [Bukhari: Kitab Al Adab, 24-Bab Fadhlu Man Ya’ulu Yatiman]

Itulah beberapa hadits yang disebutkan oleh Imam Bukhari dalam kitab beliau Adabul Mufrod.

Idul Yatama (hari raya anak-anak yatim) yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram (Asyura) sebenarnya bukan hari raya sebagaimana hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Istilah Idul Yatama hanya sebagai ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim. Karena pada tanggal tersebut, banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka.

Dalam hadits riwayat Abu Dawud ra. dinyatakan bahwa Hari Raya umat Islam hanya ada dua, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri  :

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ “

Dari Anas, ia berkata : Rasulallah SAW datang ke Madinah dan mereka (orang Madinah) menjadikan dua hari raya dimana mereka bergembira. Lalu Rasulullah bertanya : “Apa maksud dua hari ini?” Mereka menjawab: “Kami biasa bermain (bergembira) pada dua hari ini sejak zaman Jahiliyah.” Rasulallah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untukmu dengan dua hari raya yang lebih baik dari padanya, yaitu hari raya Adha dan hari raya Fitri  (HR : Abu Daud : 1134)

Dari sini dapat dipahami, selain Idul Adha dan Idul Fitri bukanlah hari raya yang sebenarnya, melainkan semacam perayaan. Dalam syair-syair Arab, banyak terdapat kata-kata ‘Ied, tetapi yang dimaksud bukan hari raya melainkan hari kegembiraan. Jadi, Istilah Idul Yatama tidak jauh berbeda dengan istilah Hari Pahlawan, Hari Kemerdekaan, Hari Lingkungan Hidup, Hari Ibu, dan sejenisnya. Hanya semacam momen untuk mengingatkan masyarakat agar peduli kepada nasib anak-anak yatim. Momen itu tidak pula dimaksudkan bahwa santunan kepada anak yatim hanya berlangsung pada tanggal 10 Muharram. Menyantuni anak yatim bisa dilakukan kapanpun dan di manapun.

*Momentum*

Momentum 10 Muharram dijadikan sebagai Idul Yatama, berdasarkan anjuran untuk menyantuni anak-anak yatim pada hari tersebut. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menyayangi anak-anak yatim. Dan beliau lebih menyayangi lagi pada hari Asyura (tanggal 10 Muharram). Dimana pada tanggal tersebut, Beliau menjamu dan bersedekah bukan hanya kepada anak yatim, tapi juga keluarganya. Dalam kitab Faidul Qadir disebutkan, menjamu anak yatim dan keluarganya pada tanggal 10 Muharram merupakan sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan pembuka keberkahan hingga setahun penuh.

Kemudian dalam kitab Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَوَابَ عَشْرَةِ آلافِ مَلَكٍ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أُعْطِيَ ثَوَابَ عَشْرَةِ آلَافِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ وَعَشْرَةِ آلافِ شَهِيدٍ ، وَمَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً

“Barangsiapa berpuasa para hari Asyura (tanggal 10) Muharran, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada’. Dan baragsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya“.

Sanad hadits ini memang dla’if (lemah), tapi isinya (matan hadits) boleh diamalkan, karena berkaitan dengan kebajikan-kebajikan (fadla’ilul a’mal).

Mengenai maksud “mengusap kepala anak yatim” dalam hadits di atas, sebagian ulama mengartikannya sebagai makna hakiki (mengusap kepala dengan tangan), dan sebagian lainnya mengartikan sebagai makna kinayah (kiasan). Ibnu Hajar al-Haitami menyatakan:

والمراد من المسح في الحديث الثاني حقيقته كما بينه آخر الحديث وهو (من مسح رأس يتيم لم يمسحه إلا لله كان له بكل شعرة تمر عليها يده عشر حسنات ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده كنت أنا وهو في الجنة كهاتين وقرن بين أصبعيه) . وخص الرأس بذلك لأن في المسح عليه تعظيما لصاحبه وشفقة عليه ومحبة له وجبرا لخاطره، وهذه كلها مع اليتيم تقتضي هذا الثوب الجزيل….

“Maksud dari “mengusap” dalam hadits yang kedua adalah makna hakiki, sebagaimana diterangkan oleh hadits lain, yaitu “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim semata-mata karena Allah, niscaya Allah memberikan 10 kebaikan pada setiap helai rambut yang diusapnya. Dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim, perempuan atau laki-laki, niscaya aku (Nabi Muhammad) akan bersamanya seperti ini (dua jari tangan); lalu Nabi berisyarah dengan dua jarinya”. Penyebutan kata ra’sun (kepala), karena mengusap kepala berarti menghargai, mengasihi, cinta kasih, dan mengayomi kebutuhannya. Jika semua itu dilakukan pada anak yatim, maka akan mendapatkan pahala yang sangat besar….” (al-Fatawa al-Haditsiyyah li-Ibni Hajar al-Haitami, 1/43)

Sedangkan Syeikh Abu Thayyib menyatakan:

قال الطيبي: مسح رأس اليتيم كناية عن الشفقة والتلطف إليه، ولما لم تكن الكناية منافية لإرادة الحقيقة لإمكان الجمع بينهما

“Abu Thayyib berkata: “Mengusap kepala anak yatim adalah sebuah kinayah tentang kasih sayang dan sikap lemah lembut (kepada anak yatim). Makna kinayah ini tidak bertentangan dengan makna hakiki, karena keduanya bisa dipadukan”. (Mirqatul Mafatih, 8/3115)

Kasih sayang kepada anak yatim, tentu saja bukan hanya diwujudkan dengan belaian rambut belaka, tapi juga mengurus anak yatim secara baik dan memberi santunan untuk sandang, pangan, papan, dan pendidikannya. Maka, pemberian santunan bukan hanya dilakukan pada tanggal 10 Muharram saja, tapi juga pada bulan-bulan lainnya.

*Tradisi Masyarakat dan Ulama*

Menyantuni anak yatim pada tanggal 10 Muharram (Asyura) merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak lama. al-Hafizh Ibnu al-Jauzi (508-597 H/1114-1201 M), seorang ahli hadits Madzhab Hanbali, menjelaskan kebiasaan para ulama pada hari Asyura:

فَوَائِدُ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ. اَلْفَائِدَةُ اْلأُوْلَى: يَنْبَغِيْ أَنْ تَغْسِلَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَقَدْ ذُكِرَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى يَخْرِقُ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ زَمْزَمَ إِلىَ سَائِرِ الْمِيَاهِ، فَمَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَئِذٍ أَمِنَ مِنَ الْمَرَضِ فِيْ جَمِيْعِ السَّنَةِ، وَهَذَا لَيْسَ بِحَدِيْثٍ، بَلْ يُرْوَى عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. اْلفَائِدَةُ الثَّانِيَةُ: الصَّدَقَةُ عَلىَ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ. اْلفَائِدَةُ الثَّالِثَةُ: أَنْ يَمْسَحَ رَأْسَ الْيَتِيْمِ. اَلْفَائِدَةُ الرَّابِعَةُ أَنْ يُفَطِّرَ صَائِمَا. اَلْفَائِدَةُ الْخَامِسَةُ أَنْ يُسْقِيَ الْمَاءَ. اَلْفَائِدَةُ السَّادِسَةُ أَنْ يَزُوْرَ اْلإِخْوَانَ. اَلْفَائِدَةُ السَّابِعَةُ: أَنْ يَعُوْدَ الْمَرِيْضَ. اَلْفَائِدَةُ الثَّامِنَةُ أَنْ يُكْرِمَ وَالِدَيْهِ وَيَبُرَّهُمَا. الْفَائِدَةُ التَّاسِعَةُ أَنْ يَكْظِمَ غَيْظَهُ. اَلْفَائِدَةُ الْعَاشِرَةُ أَنْ يَعْفُوَ عَمَّنْ ظَلَمَهُ. اَلْفَائِدَةُ الْحَادِيَةَ عَشَرَةَ: أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنَ الصَّلاَةِ وَالدُّعَاءِ وَاْلاِسْتِغْفَارِ. اَلْفَائِدَةُ الثَّانِيَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ. اَلْفَائِدَةُ الثَّالِثَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُمِيْطَ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ. اَلْفَائِدَةُ الرَّابِعَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُصَافِحَ إِخْوَانَهُ إِذَا لَقِيَهُمْ. اَلْفَائِدَةُ الْخَامِسَةَ عَشَرَةَ: أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنْ قِرَاءَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ لِمَا رُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ قَرَأَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَلْفَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ وَمَنْ نَظَرَ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا

Faidah-faidah hari Asyura :

1. Mandi pada hari Asyura. Telah disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala membedah komunikasi air Zamzam dengan seluruh air pada malam Asyura’. Karena itu, siapa yang mandi pada hari tersebut, maka akan aman dari penyakit selama setahun. Ini bukan hadits, akan tetapi diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a.
2. Bersedekah kepada fakir miskin.
3. Menyantuni dan mengusap kepala anak yatim.
4. Memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa.
5. Memberi minuman kepada orang lain.
6. Mengunjungi saudara seagama (silaturrahim).
7. Menjenguk orang sakit.
8. Memuliakan dan berbakti kepada kedua orang tua.
9. Menahan amarah dan emosi.
10. Memaafkan orang yang berbuat zalim.
11. Memperbanyak ibadah seperti shalat, doa, dan istighfar.
12. Memperbanyak zikir kepada Allah.
13. Menyingkirkan benda-benda yang mengganggu di jalan.
14. Berjabat tangan dengan orang yang dijumpai.
15. Memperbanyak membaca surat al-Ikhlash, sampai seribu kali. Karena ada atsar yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a.: Barangsiapa membaca surah al-Ikhlash 1000 kali pada hari Asyura, maka Allah akan “memandangnya”. Barangsiapa “dipandang” oleh Allah, maka Dia tidak akan mengazab selamanya.
(Al-Hafizh Ibnu al-Jauzi al-Hanbali, al-Majalis, hal. 73-74, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah).

Kesimpulannya, tradisi menyantuni anak yatim pada hari Asyura memang sudah ada sejak lama, dan dilakukan oleh masyarakat umum maupun para ulama. Dari tradisi tersebut lalu muncul istilah Idul Yatama (hari raya anak yatim). Namun, yang dimaksud Idul Yatama bukanlah hari raya seperti Idul Fitri atau Idul Adha, melainkan momen untuk membahagiakan hati anak yatim. Juga waktu yang tepat untuk mengingatkan orang yang selama ini acuh tak acuh, agar terbuka mata hatinya sehingga mau memperhatikan nasib anak-anak yatim. Momen 10 Muharram tidak pula dimaksudkan bahwa santunan kepada anak yatim hanya berlangsung pada hari tersebut, karena menyantuni anak yatim bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Wallahu A’lam.

semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

DOA AWAL TAHUN

DOA AWAL TAHUN
Sahabat Abdullah bin Hisyam radhiyallaahu ‘anhu berkata:

كَانَ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَتَعَلَّمُوْنَ الدُّعَاءَ كَمَا يَتَعَلَّمُوْنَ الْقُرْآَنَ إِذَا دَخَلَ الشَّهْرُ أَوِ السَّنَةُ اللّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِاْلأَمْنِ وَاْلإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَاْلإِسْلاَمِ وَجِوَارٍ مِنَ الشَّيْطَانِ وَرِضْوَانٍ مِنَ الرَّحْمنِ، وَهذَا مَوْقُوْفٌ عَلىَ شَرْطِ الصَّحِيْحِ

“Para sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam selalu mempelajari doa sebagaimana mereka mempelajari al-Qur’an, apabila masuk bulan atau tahun baru, “Ya Allah, masukkanlah bulan atau tahun baru ini kepada kami dengan sentosa, keimanan, keselamatan, Islam, perlindungan dari syetan dan ridha dari Allah Yang Maha Pengasih.” Hadits ini mauquf sesuai dengan kriteria hadits shahih.

Takhrij: Atsar tersebut diriwayatkan oleh:
1) Al-Thabarani, al-Mu’jam al-Ausath, juz 6 hlm 221 [6241].
2) Abu al-Qasim al-Baghawi, Mu’jam al-Shahabah, juz 3 hlm 543.
3) Al-Khathib al-Baghdadi, Tajrid al-Asma’ wa al-Kuna, juz 2 hlm 33.
4) Abu al-Qasim al-Ashbihani, al-Targhib wa al-Tarhib juz 2 hlm 128.
5) Al-Hafizh al-Haitsami, Majma’ al-Zawaid juz 10 hlm 139, dan menilai sanadnya hasan.
6) Al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Ishabah fi Tamyiz al-Shahabah, juz 4 hlm 255, dan menilai sanadnya shahih.

Senin, 18 September 2017

HADIST DI SHOHIHKAN OLEH ALBANI

*STATUS DISAHIHKAN OLEH " ALBANI "*

Oleh : Syaikh Dr. Yusuf Khottoor Muhammad
( Ulama Syiria )

Wahai saudaraku fillah....bukan merupakan kebiasaanku untuk menyerang seseorang, akan tetapi saya selalu menghormati setiap pendapat meskipun saya tidak setuju dengan orang mereka.

Akan tetapi setelah saya mengikuti lama akan permasalahan ini yang semakin viral dengan cepat, saya yakini bahwa termasuk amanah adalah saya menyampaikan tentang hal ini karena sesungguhnya hal ini sudah sampai kepada level yang sangat berbahaya...yaitu tentang  pernyataan *(telah dishahihkan atau di dhaifkan oleh Albani).*

sehingga sebagian orang bahkan berkeyakinan bahwa Syekh Albani adalah termasuk salah satu dari imam yang sembilan !!!! padahal dirinya meninggal pada tahun 1999 M.

Kita kembali ke pokok masalah yang viral..sering kali kita mendengar di internet tentang pernyataan (telah di shahihkan oleh Albani). Yang perlu diketahui bahwa albani bukanlah seorang muhaddits bahkan tidaklah hafal satupun riwayat dengan sanadnya kepada Rasulullah SAW.

Bahkan meskipun dirinya adalah seorang muhaddits maka tidak berhak baginya untuk mentashihkan ataupun mendhaifkan hadits, *karena hal ini adalah tugas seorang Hafidz...karena hafidz itu lebih tinggi derajat keilmuannya dari pada muhaddits.*

muhaddits hafal riwayat dengan sanadnya, dan hafidz memiliki kelebihan dengan mengetahui ahwal para perawi setiap tingkatan riwayatnya.

Albani telah melakukan pentashihan dan pendhaifan , oleh karena albani bukan ahlinya, sehingga kerap kali mentashihkan yang dhaif dan mendhaifkan yang shahih, sering dan sering kali. Maka setiap kali saya membaca (telah di shahihkan oleh Albani) maka saya selalu berhenti sejenak dan bertanya "bagaimana dia mentashih sebuah hadits" terhadap hadits yg sudah dikomentari oleh para hafidz sekelas Imam Turmudzi dan yg lainnya??!!...

saya akan memberikan contoh dengan pendekatan masakini untuk mempermudah ;
" Kalau seandainya ada seorang profesor pada bidang kedokteran memeriksa seorang pasien kemudian dia memvonisnya bahwa dirinya mengidap penyakit "berbahaya" sehingga harus cepat-cepat untuk melakukan operasi untuknya...kemudian tiba tiba seorang murid yang sedang belajar ilmu kedokteran datang dan menentang serta mengkritik kepada sang profesor seraya berkata " dokter ini salah". Apakah bisa kita katakan bahwa yang benar dan lebih kita percayai adalah perkataan si murid dari oada sang profesor???!!!! jelas "tidak".

Nah inilah yang terjadi sekarang terhadap ilmu hadits syarif bahkan lebih dari itu semua..dimana hal ini sudah lebih sangat parah, dimana kitab durar assaniyyah dibuang nama mukhrijnya dari para ulama hafidz besar, kemudian diletakkan nama Albani disitu!!!!!!

Kalau seandainya saja ada yang bertanya "bagaiamana pendapat anda tentang masalah (telah ditashihkan Albani) ???? maka jawabnya adalah ;
" tidak boleh kita menjawab dengan pernyataan ini kecuali hanya  pada satu keadaan, yaitu;
ketika Albani mengarang sebuah kitab yang mengumpulkan hadits hadits kemudian menyambungkannya dengan sanadnya kepada baginda Rasulullah SAW dengan selain sanad dari para imam pengarang kitab shahih dan sunan, kemudian barulah dirinya mentashih dan mendaifkan hadits hadits yg ada pada kitabnya.

Adapun kalau dirinya mengkoreksi kepada para imam tashih dan tadh'if kemudian mengacaukan terhadap penghukuman para imam-imam tersebut, dan ini namanya bermain main di dalam ilmu periwayatan dan sanad.

Bukan tujuannya dari adalah mencela terhadap pribadi Albani, akan tetapi demi mengungkapkan kebenaran....perkara ini adalah merupakan bagian dari agama..maka lihatlah dari siapa kalian mengambilnya.
...........
maka sadarlah wahai para saudaraku fillah...ketika kalian menemukan postingan penting dan shahih, *maka editlah dan buang nama Albani, lalu letakkan nama hafidz dan muhaddits asli yg telah mentakhrij haditsnya...karena jikalau  kita tidak melakukannya, maka nama nama para ulama besar hadits ini akan sirna dan tidak dikenal seperti Imam Bukhari , Muslim, Abu Dawud, Turmudi dan Nasai juga yang lainnya*....yang mana para ulama senantiasa telah menyebut nama nama mereka sejak kurun waktu yang telah lalu...

Sumber fanpage : الشيخ يوسف خطار محمد

Minggu, 17 September 2017

DOA AWAL TAHUN DAN AKHIR TAHUN


أورد صاحب كتاب (السفينة القادرية) صــ ٨٤ :
وقال خاتمة الحفاظ جلال الملة والدين السيوطي في الجامع الكبير دعاء نهاية السنة ويتلى في آخر يوم من السنة الهجرية :
اللهم ما عملتُ في هذه السنةِ مما نهيتني عنه ولم ترضه،وحلمتَ عليّ فيه مع قدرتك على عقوبتي، ودعوتني إلى الطاعة بعد جرأتي على معصيتك فإني أستغفرك منه ، وما عملتُ فيها من عملٍ ترضاه ووعدتني عليه الثوابَ فإني أسألك أن تتقبلهمني ولا تقطع رجائي منك يا كريم وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصبه وسلم .
وقال السيوطي أيضا في الجامع الكبير : دعاء أول السنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : ما من عبد يصلي أول يوم من المحرم ركعتين يقرأ فيهما ما شاءفإذا فرغ من صلاته رفع يديه ثم قال : اللهم أنت الأبديُّ القديم وهذه سنةٌ جديدة أسألك فيها العصمةَ من الشيطانِ وأوليائه والعونَ على هذه النفسِ الأمّارةِ بالسوءوالاشتغالَ بما يقربني إليك وإلى رضاك يا كريم
يا ذا الجلال والإكرام، إلا وكل الله به ملكا يُذهب عنه الشيطانوأعانه على نفسه ورأى اليسر في جميع أموره وإن عاش الى تمام السنة يقول الشيطان : قد آيسنا منه جميع السنة .
وهذا الدعاء لم أجده في الجامع الكبير ، والعهدة في هذا على صاحب كتاب السفينة القادرية، وعلى كلٍٍ ليس في هذا ما يخالف الشرع فلا أرى به بأسا فإنه من فضائل الأعمال، وليبدأ الدعاء ويختمه بالحمد والثناء على الله تعالى ثم بالصلاة والسلام على سيدنا محمد .

*Artinya :*
Wirid-wirid pemilik kitab as-safinah al-qodiriyah hal. 84 :
Pamungkas para huffadh (ahli hapal hadits) jalalul millah wad din imam suyuthi di dalam kitab al-jami' al-kabir mengucapkan doa akhir tahun dan dibaca di hari terakhir dari tahun hijriyah :

اللهم ما عملت من هذه السنة مما نهيتني عنه ولم ترضه ، وحلمت علي مع قدرتك على عقوبتي ، ودعوتني إلى الطاعة بعد جرأتي على معصيتك ، فإني أستغفرك منه ، وﻣﺎ عملتُ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ عملٍ ﺗﺮﺿﺎﻩ ﻭﻭﻋﺪﺗﻨﻲ ﻋﻠﻴﻪ الثوابَ ، ﻓﺈﻧﻲ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﺃﻥ ﺗﺘﻘﺒﻠﻪ ﻣﻨﻲ ، ﻭﻻ ﺗﻘﻄﻊ ﺭﺟﺎﺋﻲ ﻣﻨﻚ ﻳﺎ ﻛﺮﻳﻢ ، ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ

[ ALLOOHUMMA MAA AMILTU MIN HAADZIHIS SANATI MIMMAA NAHAITANII ANHU WA LAM TARDLOHU, WA CHALIMTA ALAYYA MA'A QUDROTIKA 'ALAA 'UQUUBATII, WA DA'AUTANII ILATH THOO'ATI BA'DA JUR ATI 'ALAA MA'SHIYATIKA, FAINNII ASTAGHFIRUKA MINHU. WA MAA 'AMILTU FIIHAA MIN 'AMALIN TARDLOOHU WA WA'ADTANII 'ALAIHITS TSAWAABA, FAINNI AS ALUKA AN TATAQOBBALAHU MINNII, WA LAA TAQTHO' ROJAA II MINKA YAA KARIIM ]

Imam suyuthi juga berkata dalam kitab al-jami' al-kabir : doa awal tahun. diriwayatkan dari Rosulullah shollallohu alaihi wasallam, sesungguhnya beliau berkata :

Tidak ada dari seorang hamba yang sholat di permulaan (awal) hari dari (bulan) muharrom dengan dua (2) rokaat yang membaca terhadap sesuatu yang dia kehendaki. kemudian ketika dia selesai dari sholat, dia mengangkat kedua tangannya kemudian berdoa :

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺃﻧﺖ الأبديُّ ﺍﻟﻘﺪﻳﻢ ﻭﻫﺬﻩ سنةٌ ﺟﺪﻳﺪﺓ ﺃﺳﺄﻟﻚ ﻓﻴﻬﺎ العصمةَ ﻣﻦ الشيطانِ ﻭﺃﻭﻟﻴﺎﺋﻪ والعونَ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ النفسِ الأماراةِ ﺑﺎﻟﺴﻮﺀ والاشتغالَ ﺑﻤﺎ ﻳﻘﺮﺑﻨﻲ ﺇﻟﻴﻚ ﻭﺇﻟﻰ ﺭﺿﺎﻙ ﻳﺎ ﻛﺮﻳﻢ ﻳﺎ ﺫﺍ ﺍﻟﺠﻼﻝ ﻭﺍﻹﻛﺮﺍﻡ

[ ALLOOHUMMA ANTAL ABADIYYUL QODIIMU, WA HAADZIHI SANATUN JADIIDATUN AS ALUKA FIIHAAL 'ISMATA MINASY SYAITHOONI WA AULIYAAIHI , WAL 'AUNA 'ALAA HAADZIHIN NAFSIL AAMMAROTI BISSUU' , WAL ISYTIGHOOLA BIMAA YUQORRIBUNII ILAIKA WA ILAA RIDLOOKA YAA KARIIM YAA DZAL JALAALI WAL IKROOM ]

Kecuali Allah mewakilkan malaikat yang menyingkarkan setan darinya dan menolongnya dari nafsunya dan memberikan kemudahan pada setiap urusan-urusannya meskipun hidup sampai sempurna tahun itu. setan berkata : sungguh kami telah putus asa darinya di kesemua tahun.

Doa ini saya tidak menemukannya di kitab al-jami' al-kabir, dan pertanggung jawaban tentang hal ini atas pemilik kitab as-safinah al-qodiriyah. secara keseluruhan, dalam hal ini tidak ada yang menyelisihi/menyalahi syariat. maka dari itu saya tidak melihat adanya kekhawatiran dengan doa ini (untuk dibaca) karena doa ini merupakan bagian dari *fadloilul amal*.

Dan sebaiknya memulai dan mengakhir doa dengan memuji dan menyanjung kepada Allah Ta'ala dan membaca sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam.

IBNU TAIMIYAH MENGANJURKAN TAHLIL DAN ISTIGHOTSAH


IBNU TAIMIYAH MENGANJURKAN TAHLILAN

Gambar di atas adalah scand dari Kitab Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Taimiyah, Syaikhul Islam kaum Wahabi, juz 22 hal. 520:

“Ibn Taimiyah ditanya, tentang seseorang yang memprotes ahli dzikir (berjamaah) dengan berkata kepada mereka, “Dzikir kalian ini bid’ah, mengeraskan suara yang kalian lakukan juga bid’ah”. Mereka memulai dan menutup dzikirnya dengan al-Qur’an, lalu mendoakan kaum Muslimin yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka mengumpulkan antara tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah (laa haula wa laa quwwata illaa billaah) dan shalawat kepada Nabi SAW.?” Lalu Ibn Taimiyah menjawab: “Berjamaah dalam berdzikir, mendengarkan al-Qur’an dan berdoa adalah amal shaleh, termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu. Dalam Shahih al-Bukhari, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki banyak Malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila mereka bertemu dengan sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka memanggil, “Silahkan sampaikan hajat kalian”, lanjutan hadits tersebut terdapat redaksi, “Kami menemukan mereka bertasbih dan bertahmid kepada-Mu”… Adapun memelihara rutinitas aurad (bacaan-bacaan wirid) seperti shalat, membaca al-Qur’an, berdzikir atau berdoa, setiap pagi dan sore serta pada sebagian waktu malam dan lain-lain, hal ini merupakan tradisi Rasulullah SAW dan hamba-hamba Allah yang saleh, zaman dulu dan sekarang.” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 22, hal. 520).

Pernyataan Syaikh Ibn Taimiyah di atas memberikan beberapa kesimpulan:

1. Bahwa dzikir berjamaah dengan komposisi bacaan yang beragam antara ayat al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, shalawat dan lain-lain seperti yang terdapat dalam tradisi tahlilan adalah amal shaleh dan termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu. Dzikir bersama atau berjamaah dengan mengeraskan suara dan bacaan seragam seperti Tahlilan, tidaklah bid’ah, bahkan termasuk amal dan ibadah utama di setiap waktu.

2. Ini bukti bahwa ajaran Wahabi, dari waktu ke waktu semakin ekstrem. Amaliyah yang dibolehkan oleh guru-guru mereka, sekarang mereka bid’ahkan. Jika memang Wahabi mengikuti jejak Ibnu Taimiyah, harusnya mereka menggelar Tahlilan, bukan malah melarangnya.

t.me/almafahim

Sabtu, 16 September 2017

USTADZ MODERN vs KYAI KAMPUNG

Ada seorang Ustadz Modern (UM) yang gerah melihat amalan warga kampung yang dipimpin seorang Kyai Kampung (KK)

Akhirnya Ustadz Modern mendatangi Kyai Kampung. Setelah ucapkan salam, maka terjadilah dialog:

UM: Sudahlah Kyai tinggalkan kitab-kitab kuning (turats) itu, karena itu hanya karangan ulama kok. Kembali saja kepada al-Quran dan Hadits ”
Mendapat pertanyaan, Kyai Kampung tak langsung mereaksi. Sang KK mendengarkan dengan penuh perhatian dan tak langsung menanggapi.
Malah KK itu menyuruh anaknya mengambil termos berisi kopi dan gelas. Kemudian mempersilahkan minum.

Tamu itupun menuangkan kopi ke dalam gelas.
Lalu KK bertanya dengan santainya: “Kok tidak langsung diminum dari termos saja. Mengapa dituang ke gelas dulu?”
Kemudian UM menjawab: ” Ya... ini agar lebih mudah minumnya too kyai..!

Akhirnya KK memberi penjelasan: ” Itulah jawabannya, mengapa kami tidak langsung mengambil dari al-Quran dan Hadits. Kami menggunakan kitab-kitab kuning yang mu’tabar, ibarat gelasnya, karena kami mengetahui bahwa kitab-kitab mu’tabarah itupun diambil dari al-Quran dan Hadits, ibarat termosnya, sehingga kami yang awam ini lebih mudah mengamalkan wahyu, sebagaimana apa yang engkau lakukan saat minum kopi dengan menggunakan gelas, agar lebih mudah minum kopinya, bukankah begitu ? ”

Kemudian KK bertanya: “Apakah adik hafal al-Qur’an dan sejauh mana pemahaman adik tentang al-Qur’an? Berapa ribu adik hafal hadits? Kalau dibandingkan dengan ‘Imam Syafi’iy siapa yang lebih alim?”

UM menjawab: Ya tentu ‘Imam Syafi’iy kiai sebab beliau sejak kecil telah hafal al-Qur’an, beliau juga banyak mengerti dan hafal ribuan hadits, bahkan umur 17 beliau telah menjadi guru besar dan mufti,”

KK : “Itulah sebabnya mengapa saya harus bermadzhab pada ‘Imam Syafi’iy, karena saya percaya pemahaman Imam Syafi’iy tentang al-Qur’an dan hadits jauh lebih mendalam dibanding kita, bukankah begitu?,” tanya kiai.

UM :“Ya kiai,”

Kiai kemudian bertanya kepada tamunya tersebut: “Terus selama ini orang-orang awam tatacara ibadahnya mengikuti siapa jika menolak madzhab, sedangkan mereka banyak yang tidak bisa membaca al-Qur’an apalagi memahami?,” 

UM menjawab: “Kan ada lembaga majelis yang memberi fatwa yang mengeluarkan hukum-hukum dan masyarakat awam mengikuti keputusan tersebut,”

Kemudian kiai bertanya balik: “Kira-kira menurut adik lebih alim mana anggota majelis fatwa tersebut dengan Imam Syafi’iy ya?.”. UM : “Ya tentu alim Imam Syafi’iy kiai,” jawabnya singkat.

Kiai kembali menjawab: “Itulah sebabnya kami bermadzhab ‘Imam Syafi’iy dan tidak langsung mengambil dari al-Qur’an dan hadits,”.
UM : ” Oh begitu masuk akal juga ya kiai!!,”

Mari di share..

HUKUM MENULIS ALQUR'AN DENGAN ROSM UTSMANY



Assalamualaikum :
Masih adakah Al-Quran rosm utsmany zaman sekarang???
pertimbangan: krn sy liat2 quran2 zaman sekarang itu penuh dengan tanda2 baca ( dlobtu) seperti, kepala ha', kepala syin, kepala shod, tanda kepala 'ain dll, dan juga penuh dengan syakal. monggo.. penting ini!!! banyak sekali permasalahan2 yang ada kaitannya dengan pertanyaan ini!!!

Jawab: rosm utsmani zaman sekarang masih ada, bahkan banyak sekali, dan menulis al qur-an dengan menggunakan rosm utsmany itu adayang mengatakan wajib ada yang mengatakan tidak wajib. Namun menurut jumhurul ulama’ / pendapat kuat, menulis dengan menggunakan rosm utsmany itu wajibNamun untuk mushaf rosm usmani zaman sekarang itu sudah dibubuhi tanda2 untuk mempermudah bacaan .bahkan menurut annawawi membubuhi tanda2 ini hukumnya sunnah untuk zaman sekarang, seperti ( harakot, kepala ha’, kepala syin, kepala shod, kepala ‘ain dll) .Jadi,, antara tanda dan rosm itu beda.
Jika diambil kesimpulan hukum berikut ini penjelasannya: menurut pendapat jumhurul ulama’wajib menulis alquran dengan menggunakan rosm utsmany dan sunnah diberi tanda baca ( naqtul I’rob maupun naqthul I’jam)
Referensi:

مباحث في علوم القرآن لمناع القطان (ص: 146)
لرسم العثماني:
فذهب بعضهم إلى أن هذا الرسم العثماني للقرآن توقيفي يجب الأخذ به في كتابة القرآن، وبالغوا في تقديسه، ونسبوا التوقيف فيه إلى النبي -صلى الله عليه وسلم
وذهب كثير من العلماء إلى أن الرسم العثماني ليس توقيفيًّا عن النبي -صلى الله عليه وسلم- ولكنه اصطلاح ارتضاه عثمان، وتلقته الأمة بالقبول، فيجب التزامه والأخذ به، ولا تجوز مخالفته------- وقال في موضع آخر: سُئل مالك عن الحروف في القرآن مثل الواو والألف، أترى أن تُغيَّر من المصحف إذا وُجِدا فيه كذلك قال: لا، قال أبو عمرو: يعني الواو والألف المزيدتين في الرسم المعدومتين في اللفظ نحو "أولوا" وقال الإمام أحمد: "تحرم مخالفة خط مصحف عثمان في واو أو ياء أو ألف أو غير ذلك"
وذهب جماعة إلى أن الرسم العثماني اصطلاحي، ولا مانع من مخالفته! إذا اصطلح الناس على رسم خاص للإملاء وأصبح شائعًا بينهم. قال القاضي أبو بكر الباقلاني في كتابه "الانتصار": "وأما الكتابة فلم يفرض الله على الأمة فيها شيئًا. أولم يأخذ على كتَّاب القرآن وخُطَّاط المصاحف رسمًا بعينه دون غيره أوجبه عليهم وترك ما عداه، إذ وجوب ذلك لا يُدرك إلا بالسمع والتوقيف، وليس في نصوص الكتاب ولا مفهومه أن رسم القرآن وضبطه لا يجوز إلا على وجه مخصوص وحدٍّ محدود لا يجوز تجاوزه، ولا في نص السٌّنَّة ما يوجب ذلك ويدل عليه، ولا في إجماع الأمة ما يوجب ذلك، ولا دلت عليه القياسات الشرعية، بل السٌّنَّة دلت على جواز رسمه بأي وجه سهل

Kesimpulan terjemah ibarot yang panjang diatas adalah: bahwa  mengenai rosm usmani itu ada tiga pendapat
1. Rosm usmani adalah tauqify ( wajib dikuti penulisannya)
2. Rosm usmani adalah bukan tauqify, tp suatu istilah yang timbul pada masa usman bin affan, namun wajib diikuti dalam penulisan, krn diterima oleh mayoritas ulama’ dan tdkk ada yang menentangnya ( pendapat yang dipilih pengarang kitab ini/ syekh manna alqattan)
3. Segolongan ulama’ mengatakan bahwa rosm utsmani itu bukan tauqifi dan tidak wajib diikuti, dan yang baik itu menulis alquran dengan sjaan uang mudah difahami oleh masyarakat didaerah tsb.

مباحث في علوم القرآن لمناع القطان (ص: 149)
والذي أراه أن الرأي الثاني هو الرأي الراجح، وأنه يجب كتابة القرآن بالرسم العثماني المعهود في المصحف.
Menurutku ( syekh mana alqataan) bahwa pendapat kedua adalah pendapat yang unggul, dan sesungguhnya wajib menulis alquran dengan rosm usmany yang sudah diketahui pada mushaf

KOMENTAR SY ( MUNIR):
DIBAWAH INI IBAROT SANGKALAN SYEH MANNA QOTTAN TERHADAP ABU BAKAR ALBAQILANY.
مباحث في علوم القرآن لمناع القطان (ص: 149)

واختلاف الخطوط الذي يذكره القاضي أبو بكر الباقلاني شيء والرسم الإملائي شيء آخر، فاختلاف الخط تغير في صورة الحرف لا في رسم الكلمة.
Intin kefahaman: beda2 khutut yang dimaksug  abu bakar al baqilany itu beda dengan rosm imlay, krn beda2 nya khutut itu hanya merubah bentuk huruf, bukan penulisan kalimah ( beda dengan imla’iy)

KOMENTAR SY ( MUNIR):
DAN SETELAH  SYEKH MANNA AL QATTAN BERKOMENTAR BANYAK2 DIATAS MENGENAI PERBEDAAN PENDAPAT ULAMA TENTANG WAJIB ATAU TIDAKNYA MENULIS ALQURAN DENGAN ROSM UTSMANY, DAN BELIAU TERNYATA MEMILIH HUKUM WAJIB, KEMUDIAN BELIAU BERKOMENTAR TENTANG KEUTAMAAN MEMBUBUHI TITIK, SYAKAL DSB TERHADAP ROSM USMANI, INI MEMBUKTIKAN BAHWA ANTARA DLOBTU, SYAKAL DAN JUGA TANDA LAINNYA ITU BEDA DENGAN ROSM. JADI TANDA SYAKAL DSB ITU  ITU BUKAN ROSMNYA, TP HANYA TANDA BACA YANG FUNGSINYA UNTUK MEMUDAHKAN MEMBACA ROSM UTSMANI ITU SENDIRI
DIBAWAH INI KOMENTAR BELIAU:

مباحث في علوم القرآن لمناع القطان (ص: 150)
تحسين الرسم العثماني:
كانت المصاحف العثمانية خالية من النقط والشكل، اعتمادًا على السليقة العربية السليمة التي لا تحتاج إلى الشكل بالحركات ولا إلى الإعجام بالنقط، فلما تطرق إلى اللِّسان العربي الفساد بكثرة الاختلاط أحس أولو الأمر بضرورة تحسين كتابة المصحف بالشكل والنقط وغيرهما مما يساعد على القراءة الصحيحة.
واختلف العلماء في أول جهد بُذِل في ذلك السبيل.
فيرى كثير منهم أن أول من فعل ذلك أبو الأسود الدؤلي الذي يُنسب إليه وضع ضوابط للعربية بأمر علي بن أبي طالب، ويُرْوَى في ذلك أنه سمع قارئًا يقرأ قوله تعالى: {أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ} 1, فقرأها بجر
Perbaikan rosm utsmany
Mula2 rosm usmany itu tidak ada titik dan syakal, krn berpedomn pada saliqoh arobiyyah salimah, yang udah gak butuh tanda2 berupa harokat, dan tidak butuh titik, namun ketika sudah sampai pada lisan arab yang rusak( menyebabkan bacaannya rusak ) maka sang pemimpin ( kholifah pada masa itu) menganggap sangat perlu untuk memperbaiki penulisan tsb dengan menambah syakal, titik dsb, untuk membantu menuju bcaan yang benar
Ulama’ terjadi perbedaan , siapa yang pertanma kali punya upaya perbaikan, mayoritas ulama’ berpendapat bahwa yang pertama kali melakukannya adalah abul aswad addualy yang mencetuskan tentang tentang dlobtu... ( fathah kasroh dlommah) atas perintah ali bin abi thalib.
REFERENSI TAMBAHAN TENTANG KEUTAMAAN MEMBUBUHI TANDA (DLOBTU DAN SYAKAL )PADA MUSHAF

مناهل العرفان في علوم القرآن (1/
قال النووي في كتابه التبيان ما نصه: قال العلماء: ويستحب نقط المصحف وشكله فإنه صيانة من اللحن فيه. وأما كراهة الشعبي والنخعي النقط فإنما كرهاه في ذلك الزمان خوفا من التغيير فيه. وقد أمن ذلك اليوم فلا يمنع من ذلك لكونه محدثا فإنه من المحدثات الحسنة فلا يمنع منه كنظائره مثل تصنيف العلم وبناء المدارس والرباطات وغير ذلك. والله أعلم
Imam nawawy dalam kitab attibyan mengatakan demikian: ulama’ berkata: di sunnahkan memberi titik pada mushaf, memberi syakal, krn hal tersebut benar2 bisa mnjaga dari kesalahan
مباحث في علوم القرآن لصبحي الصالح (ص: 96)
ثم يأتي على الناس زمان يستحبون فيه نقط المصحف بعد أن كرهوه، وشكله بالحركات بعد أن عارضوه, وكما خافوا أن يصيبه التغيير بالنقط والشكل أصبحوا يخافون أن يلحن الجهال فيه إن لم ينقط ويشكل, فالحرص على نص القرآن كان السبب الأساسي في كراهة النقط تارة واستحبابه أخرى.
قال النووي3: "نقط المصحف وشكله مستحب، لأنه صيانة له من اللحن والتحريف"4.