bagaimanakah hukum merayakan ulang tahun…?
JAWAB:
pada dasarnya di perbolehkan , walaupun tidak ada dasar hukum syar’i,
Tetapi hukum mengadakan ulang tahun tergantung pada maksud dan perayaannya, apabila di gunakan untuk Muhasabah dan caranya tidak menggunakan media munkarot, maka hal itu termasuk sesuatu yang baik
Pengambilan Ibarot :
Sharh al Yaqut al Nafis 170
وهناك أعياد ميلاد قد يفرح الإنسان ويتذكر ميلاده إنما علي المسلم أن يجعل ميلاده مناسبة لمحاسبة نفسه ويعمل مقارنة بين عام وعام هل ازداد وتقدم ام نقص وتأخر؟ هذا شيء جميل ولا يكون ذلك لمجرد التقليد ولا للسرف والأعياد المجازية والتقليدية كثيرة وكل فرد يتمني عليه العيد في خير وعافية ولطف وسعادة وإلي زيادة نسأل الله أن يعيد علينا عوائده الجميلة
Ma’annas Masyurat wa Fatawa li al Sheikh Ramadlan al Buthi II 223
هل الإحتفال بأعياد الميلاد حلال ام حرام بالنسبة للصغار؟ لاأحب أن تشيع فى البيت المسلم عادات غريبة لاإسلامية إذ إن لها علي المدي البعيد اثار ضارة معروفة
bagaimana hukum mengucapkannya ?
jawab : mengingat hukum mengadakan ulang tahun tidak mengapa maka mengucapkannya juga tidak mengapa ( boleh )
Artinya :
“Imam Qommuli berkata : kami belum mengetahui pembicaraan dari salah seorang ulama kita tentang ucapan selamat hari raya, selamat ulang tahun tertentu atau bulan tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak orang, akan tetapi al-hafidz al-Mundziri memberi jawaban tentang masalah tersebut : memang selama ini para ulama berselisih pendapat, menurut pendapat kami, tahni’ah itu mubah, tidak sunnah dan tidak bid’ah, Imam Ibnu Hajar setelah mentelaah masalah itu mengatakan bahwa tahni’ah itu disyari’atkan, dalilnya yaitu bahwa Imam Baihaqi membuat satu bab tersendiri untuk hal itu dan dia berkata : “Maa ruwiya fii qaulin nas” dan seterusnya, kemudian meriwayatkan bebrapa hadits dan atsar yang dla’if-dla’if. Namun secara kolektif riwayat tersebut bisa digunakan dalil tentang tahni’ah. Secara umum, dalil dalil tahni’ahbisa diambil dari adanya anjuran sujud syukur dan ucapan yang isinya menghibur sehubungan dengan kedatangan suatu mikmat atau terhindar dari suatu mala petaka, dan juga dari hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa sahabat Ka’ab bin Malik sewaktu ketinggalan/tidak mengikuti perang Tabuk dia bertaubat, ketika menerima kabar gembira bahwa taubatnya diterima, dia menghadap kepada Nabi SAW. maka sahabat Thalhah bin Ubaidillah berdiri untuk menyampaikan ucapan selamat kepadanya”.
WALLAHU A'LAM
JAWAB:
pada dasarnya di perbolehkan , walaupun tidak ada dasar hukum syar’i,
Tetapi hukum mengadakan ulang tahun tergantung pada maksud dan perayaannya, apabila di gunakan untuk Muhasabah dan caranya tidak menggunakan media munkarot, maka hal itu termasuk sesuatu yang baik
Pengambilan Ibarot :
Sharh al Yaqut al Nafis 170
وهناك أعياد ميلاد قد يفرح الإنسان ويتذكر ميلاده إنما علي المسلم أن يجعل ميلاده مناسبة لمحاسبة نفسه ويعمل مقارنة بين عام وعام هل ازداد وتقدم ام نقص وتأخر؟ هذا شيء جميل ولا يكون ذلك لمجرد التقليد ولا للسرف والأعياد المجازية والتقليدية كثيرة وكل فرد يتمني عليه العيد في خير وعافية ولطف وسعادة وإلي زيادة نسأل الله أن يعيد علينا عوائده الجميلة
Ma’annas Masyurat wa Fatawa li al Sheikh Ramadlan al Buthi II 223
هل الإحتفال بأعياد الميلاد حلال ام حرام بالنسبة للصغار؟ لاأحب أن تشيع فى البيت المسلم عادات غريبة لاإسلامية إذ إن لها علي المدي البعيد اثار ضارة معروفة
bagaimana hukum mengucapkannya ?
jawab : mengingat hukum mengadakan ulang tahun tidak mengapa maka mengucapkannya juga tidak mengapa ( boleh )
al-iqna’” juz I hal. 162 :
قَالَ الْقَمُوْلِيْ: لَمْ أَرَ لأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِنَا كَلاَمًا فِي التَّهْنِئَةِ بِالْعِيْدِ وَاْلأَعْوَامِ وَاْلأَشْهُرِ كَمَا يَفْعَلُهُ النَّاسُ، لَكِنْ نَقَلَ الْحَافِظُ الْمُنْذِرِيُّ عَنِ الْحَافِظِ الْمُقَدَّسِيِّ أَنَّهُ أَجَابَ عَنْ ذَلِكَ بِأَنَّ النَّاسَ لَمْ يَزَالُوْا مُخْتَلِفِيْنَ فِيْهِ وَالَّذِيْ أَرَاهُ أَنَّهُ مُبَاحٌ لاَ سُنَّةٌ فِيْهِ وَلاَ بِدْعَةٌ وَأَجَابَ الشِّهَابُ ابْنُ حَجَرٍ بَعْدَ اطِّلاَعِهِ عَلَى ذَلِكَ بِأَنَّهَا مَشْرُوْعَةٌ وَاحْتَجَّ لَهُ بِأَنَّ الْبَيْهَقِيَّ عَقَّدَ لِذَلِكَ بَابًا فَقَالَ: بَابُ مَا رُوِيَ فِيْ قَوْلِ النَّاسِ بَعْضِهِمْ لِبَعْضٍ فِي الْعِيْدِ تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ، وَسَاقَ مَا ذُكِرَ مِنْ أَخْبَارٍ وَآثَارٍ ضَعِيْفَةٍ لَكِنْ مَجْمُوْعُهَا يُحْتَجُّ بِهِ فِيْ مِثْلِ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ وَيُحْتَجُّ لِعُمُوْمِ التَّهْنِئَةِ بِمَا يَحْدُثُ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ يَنْدَفِعُ مِنْ نِقْمَةٍ بِمَشْرُوْعِيَّةِ سُجُوْدِ الشُّكْرِ وَالتَّعْزِيَةِ وَبِمَا فِي الصَّحِيْحَيْنِ عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ فِيْ قِصَّةِ تَوْبَتِهِ لَمَّا تَخَلَّفَ عَنْ غَزْوَةِ تَبُوْكَ أَنَّهُ لَمَّا بُشِّرُ بِقَبُوْلِ تَوْبَتِهِ وَمَضَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ إِلَيْهِ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ فَهَنَّأَهُ.
Artinya :
“Imam Qommuli berkata : kami belum mengetahui pembicaraan dari salah seorang ulama kita tentang ucapan selamat hari raya, selamat ulang tahun tertentu atau bulan tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak orang, akan tetapi al-hafidz al-Mundziri memberi jawaban tentang masalah tersebut : memang selama ini para ulama berselisih pendapat, menurut pendapat kami, tahni’ah itu mubah, tidak sunnah dan tidak bid’ah, Imam Ibnu Hajar setelah mentelaah masalah itu mengatakan bahwa tahni’ah itu disyari’atkan, dalilnya yaitu bahwa Imam Baihaqi membuat satu bab tersendiri untuk hal itu dan dia berkata : “Maa ruwiya fii qaulin nas” dan seterusnya, kemudian meriwayatkan bebrapa hadits dan atsar yang dla’if-dla’if. Namun secara kolektif riwayat tersebut bisa digunakan dalil tentang tahni’ah. Secara umum, dalil dalil tahni’ahbisa diambil dari adanya anjuran sujud syukur dan ucapan yang isinya menghibur sehubungan dengan kedatangan suatu mikmat atau terhindar dari suatu mala petaka, dan juga dari hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa sahabat Ka’ab bin Malik sewaktu ketinggalan/tidak mengikuti perang Tabuk dia bertaubat, ketika menerima kabar gembira bahwa taubatnya diterima, dia menghadap kepada Nabi SAW. maka sahabat Thalhah bin Ubaidillah berdiri untuk menyampaikan ucapan selamat kepadanya”.
WALLAHU A'LAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.